Empat Pendukung Teknologi Canggih untuk Masa Depan Jalan Tol
“Ke depan, tol akan dikumpulkan dalam lalu lintas yang mengalir bebas, mengandalkan data yang dihasilkan kendaraan dan smartphone dengan konektivitas seluler untuk pengisian daya serta manajemen akun. Juga, pengisian pengguna jalan berdasarkan jarak tempuh kendaraan secara bertahap akan menggantikan pengumpulan pajak bahan bakar tradisional. Untuk mendorong tren utama ini secara global, diperlukan solusi teknologi cerdas generasi baru – dan Kapsch TrafficCom berada di garis depan dalam menyediakannya,” kata Justin Hamilton, pakar tolling di Kapsch TrafficCom.
Salah satu tren utama yang diamati di sekitar, misalnya, adalah migrasi dari teknologi pengumpulan tol manual ke aliran bebas multi-jalur (Multi Lane Free Flow, MLFF) yang mengamankan lalu lintas yang mengalir dan meningkatkan kenyamanan dan pengalaman pengguna jalan Tol.
Melihat sedikit lebih jauh ke masa depan, Pihak Jalan Tol juga melihat smartphone digunakan untuk mendukung pengumpulan tol berbasis lokasi – sebuah tren yang memungkinkan pengisian daya pengguna jalan dalam jangka pendek hingga menengah.
Pertanyaan untuk pengisi daya tol dan penyedia layanan – baik dari sektor publik maupun swasta – adalah bagaimana mempersiapkan lingkungan teknologi mereka untuk mendukung tren baru ini?
Transformasi teknologi adalah kunci kesuksesan
Untuk mendukung transisi ke tol generasi berikutnya, penyedia akan membutuhkan berbagai solusi teknologi transformatif. Ini termasuk:
1. Solusi yang mendukung transisi ke sistem MLFF
Transisi dari tol plaza manual jelas membutuhkan perubahan signifikan baik infrastruktur fisik maupun proses operasi. Hambatan dan bilik pembayaran diganti dengan kamera dan sensor gantry atau tiang, sementara pengumpulan itu sendiri pindah ke back office. Menyadari kebutuhan akan teknologi yang dapat diandalkan untuk mengklasifikasikan kendaraan dalam kondisi jalan raya yang menantang, dan dengan kecepatan tinggi, Pihak Jalan Tol haruslah menciptakan berbagai solusi MLFF yang mendukung klasifikasi kendaraan yang akurat dan andal serta pembacaan plat nomor atau jenis kendaraan. Ini termasuk produk lapangan berkinerja tinggi seperti transceiver dan pembaca, serta produk video dan sensor pintar. Jika tidak dilakukan akan berdampak sangat buruk kedepannya.
Pertanyaannya adalah apakah Pihak Pengelola Jalan Tol di Indonesia ini mampu menciptakan sendiri sistem MLFF nya ataukah bekerjasama dengan pihak ketiga, seperti Kapsch TrafficCom yang sudah lebih dulu mengoperasikan sistem MLFF. Karena mereka memiliki pengalaman panjang dalam membantu klien di seluruh dunia mengelola transisi kompleks dari tol manual ke MLFF.
2. Kemampuan Geo-lokasi yang memetakan lokasi pengguna untuk membuat data pengisian tol berkualitas tinggi
Untuk memungkinkan inovasi Tol Jangka menengah dan panjang – seperti penggunaan data seluler atau kendaraan untuk pengisian tol dan pengguna jalan – diperlukan kemampuan geo-lokasi yang canggih. Untuk mendukung hal ini, Jalan Tol haruslah steril dari gangguan sinyal geo-lokasi yang dimiliki pengguna Jalan Tol. Gangguan Geo-Lokasi ini seperti perbukitan yang dilewati Jalan Tol sebagai kebanyakan di Indonesia. Artinya, Pihak Jalan Tol haruslah mengantisipasi kehilangan sinyal di sepanjang Jalan Tol. Kemampuan ini haruslah dikembangkan melalui Platform Geo Location, yang mengubah data lokasi kendaraan menjadi data pengisian tol yang terverifikasi dan terukur. Teknologi ini mencocokkan koordinat kendaraan dengan dunia nyata. Ini juga menyesuaikan dengan jaringan jalan yang terus berubah untuk memastikan bahwa sistem tol selalu memiliki data yang akurat.
Geo Location Platform yang dibuat haruslah dapat memproses data dari sumber mana pun – memungkinkan solusi bekerja dengan data dari unit terpasang, smarthphone, unit telematika, kendaraan yang terhubung, atau sumber lain yang menyediakan data lokasi yang dapat diverifikasi. Platform ini juga secara efektif mencocokkan data lokasi ke dalam konteks tol untuk jalan raya, jalan A, atau bahkan jaringan jalan kota dan pengiriman 'sebagai layanan' memastikan bahwa peta selalu mutakhir dan akurat.
Pertanyaannya adalah bagaimana dengan pengguna jalan tol yang tidak mempunyai smarthphone? atau bahkan tidak memiliki Hp yang mendukung Geo-Lokasi Platform?
3. Solusi penegakan hukum yang kuat, akurat, dan hemat biaya
Dengan pengisian decoupling data lokasi geografis dari penegakan, solusi penegakan yang kuat diperlukan untuk memastikan bahwa ponsel/ponsel atau sumber data lainnya digunakan dengan benar. Untuk mendukung hal ini, Pihak Jalan Tol harus menyediakan unit penegakan tiang yang hemat biaya dengan tapak kecil dan total biaya kepemilikan yang rendah. Unit penegakan menggabungkan kemampuan pembelajaran mesin untuk mengurangi jejak dan biaya perangkat keras. Solusi pemasangan tiang juga menyederhanakan perawatan, tanpa perlu menutup jalur atau mengganggu arus lalu lintas.
Akan tetapi, hal ini masih diragukan untuk kondisi di lapangan. Secara konsep, bisa dikatakan idealnya begitu, akan tetapi akan sangat berbeda ketika dilapangan yang sebenarnya.
Sebelum bicara MLFF, ini saja masih banyak kejadian yang memanipulasi golongan kendaraan di setiap pintu gerbang Tol di Indonesia. Silahkan dicek sendiri kebenarannya.
4. Teknologi Mobile-first yang meningkatkan pengalaman pengguna jalan Tol
Sekarang hampir semua orang membawa smartphone, aplikasi yang tepat memiliki potensi untuk secara dramatis meningkatkan pengalaman pengguna jalan tol. Untuk mengaktifkan ini, Pihak Jalan Tol memanfaatkan teknologi bernama Global Navigation Satellite System (GNSS). Sistem Teknologi ini adalah sistem transaksi tol non-tunai nirsentuh yang menerapkan sistem Multi Lane Free Flow (MLFF). Sistem ini merupakan bagian dari program elektronifikasi transaksi di bidang transportasi yang telah didukung oleh lembaga pengelola yang berperan sebagai Toll Service Provider (TSP) atau Electronic Toll Collection (ETC).
Dengan teknologi ini, Pengguna Jalan Tol memungkinkan untuk mengatur dan mengelola akun mereka, menghitung tol untuk perjalanan mereka sebelum mereka berangkat, dan membayar tol mereka dengan cepat dan mudah tanpa meninggalkan Aplikasi.
Lalu bagaimana proses transaksi nostop berbasis MLFF? Begini tahapannya.
1. Registrasi
Proses registrasi dan juga identifikasi (regiden) yang harus dijalankan oleh pengguna jalan tol adalah pertama mendaftarkan kendaraannya, pelat nomor, dan juga in-vehicle equipment-nya di kepolisian. Untuk diketahui, pada tahap registrasi ini, Roatex Ltd Zrt mendapatkan akses basis data atau database dari pihak kepolisian.
Proses registrasi MLFF ini, user juga dapat mengurus fasilitas dan juga fitur support lainnya seperti mendownload aplikasi electronic on board unit (e-OBU) yang sudah tersedia di Play Store atau App Store, pada smartphone masing-masing.
Pengguna jalan tol kemudian mengisi data diri mulai dari nama, nomor telepon seluler, alamat e-mail, e-wallet yang akan digunakan. Setelah itu, akan muncul konfirmasi persetujuan registrasi tersebut.
Setelah user terdaftar, user bisa memilih menu registrasi kendaraan yang dipakainya dan mengisi data kendaraan secara lengkap seperti nomor pelat depan dan belakang, tipe mobil, serta upload foto kendaraan hingga foto dokumen STNK kendaraan.
Langkah selanjutnya adalah pilih menu payment details (menu pembayaran). User dapat memilih pembayaran e-wallet yang digunakan. Jika tidak punya dompet elektronik, user bisa mengklik e-wallet yang ingin digunakan ke depan. Pada menu pembayaran, aplikasi ini tidak ada monopoli satu e-wallet saja, user bisa memilih secara bebas yang tersedia. Bahkan, Pihak BPJT mensyaratkan multi wallet system. Semua sistem pembayaran elektronik yang memiliki izin operasional dari Bank Indonesia diperbolehkan terkoneksi dengan sistem transaksi tol MLFF ini.
Selain cara mendaftar dengan smartphone dan apabila pengguna jalan tol tidak ingin mendownload e-OBU, alternatifnya adalah user bisa memilih dengan memasang perangkat sistem OBU pada kendaraannya dan user tidak perlu lagi melakukan registrasi elektronik.
Bagaimana dengan user yang jarang masuk tol? User bisa memilih road ticket untuk kebutuhan sekali perjalanan yang bisa dibeli di loket atau tempat-tempat yang akan ditentukan kemudian.
2. Proses Transaksi MLFF
Setiap pengguna jalan tol akan dengan mudah terdeteksi kendaraan dan plat nomornya oleh alat signal receiver. Alat ini telah mendapat sertifikat dan izin frekuensi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kemudian saat melewati gerbang atau pintu keluar Tol, transaksi terjadi secara otomatis dan saldo yang ada di dompet elektronik user sudah terpotong secara otomatis. Data transaksi MLFF ini kemudian dikirim ke BUP ETC.
3. Settlement
Semua data transaksi yang tersimpan adalah menjadi data settlement dan dikirimkan kepada Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) dan kemudian secara otomatis mendistribusikannya ke badan usaha jalan tol (BUJT). GPN adalah sistem yang sudah mengintegrasikan berbagai kanal payment elektronik non-tunai seperti e-wallet dan lainnya. Dengan demikian, pembayaran akan berlangsung secara fair sesuai dengan jarak tempuh dan masing-masing jenis/golongan kendaraan.
Apakah dimungkinkan terjadi kebocoran dan transaksi tak terbayarkan? atau Apakah mungkin bisa dimanipulasi jenis dan golongan kendaraannya? Kita lihat saja nanti.
4. Pengawasan dan Penindakan
Apabila terjadi pelanggaran ataupun kondisi di mana para user tidak membayar tol, user akan terkena penalti. Data pelanggaran user ini akan dikirimkan ke pihak kepolisian yang selanjutnya dilakukan penindakan atau pinalti (enforcement) sesuai dengan kesalahan atau pelanggarannya.
Pihak Tol ini sudah bekerjasama dengan tiga lembaga yang terlibat dalam proses pengawasan dan juga penindakan ini. Lembaga tersebut adalah kepolisian, pengadilan, dan juga Samsat.
Terus siapa yang menindak oknum oknum yang suka memanipulasi jalan tol itu?? entahlah....
Post a Comment for "Empat Pendukung Teknologi Canggih untuk Masa Depan Jalan Tol"